Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2025

Kisah Pangeran Terbuang. Bab 10 Tamat

Mata Eryn perlahan berubah menjadi kosong. Cahaya merah samar mulai menyelimuti tubuhnya, pedangnya mengeluarkan aura hitam dan dia berdiri dengan kaku seperti boneka. Eryn telah dikendalikan. Dan akhirnya, pertarungan berada pada tiga arah yang seimbang. Liana hanya tersenyum dingin, matanya yang kini bersinar dengan cahaya merah menatap Chimera dan Kael. "Eryn adalah milikku," katanya. "Dan kalian semua... hanya gangguan kecil dalam jalanku." Di tengah heningnya malam, hanya suara tawa lembut Liana yang terdengar, membekukan hati mereka yang masih hidup. *** Di penjara ini lagi, yang hanya diterangi oleh cahaya remang dari obor di dinding. Aku duduk bersandar pada dinding batu dingin, memikirkan kembali semua yang telah terjadi. Suara keributan dari luar tiba-tiba memecah keheningan. Dentang senjata, teriakan, dan langkah kaki yang tergesa-gesa terdengar semakin mendekat.   "Apa yang terjadi di luar sana?" gumamku, merasakan firasat buruk.   Kemudian, pi...

Kisah Pangeran Terbuang. Bab 9

  Pangeran Eryn yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara. "Aku tidak akan menyerah. Aku tidak peduli apa pun yang terjadi pada Ark. Aku tidak peduli apa yang harus kulakukan. Yang kuinginkan hanyalah Liana."  Kata-kata itu menghentak seluruh kelompok. Kael menatap Eryn dengan rasa tidak percaya. "Apa katamu? Kau akan membiarkan Ark mati demi Liana?"   "Aku tidak pernah memintamu untuk mengerti, Kael," jawab Eryn dengan suara dingin. "Kita baru saja bertemu, dan kalian adalah petualang. Harusnya kalian sudah siap dengan kemungkinan seperti ini!"   Sebelum Kael sempat membalas, Mera yang sedari tadi hanya diam tiba-tiba mendengus tajam. "Kalian semua bodoh," katanya, suaranya rendah tapi penuh dengan amarah yang terpendam. "Kalian tidak melihat apa yang ada di depan mata kalian. Liana bukan manusia biasa."   Semua mata tertuju pada Mera. "Hah?" tanya Kael dengan nada curiga.   Mera menatap Liana dengan tajam, pupiln...

Kisah Pangeran Terbuang. Bab 8

Aku hanya diam, mengamati kehancuran seorang pria yang dulu dihormati oleh seluruh kerajaan. Namun, ada sesuatu yang tidak biasa dalam kata-katanya. “Istrimu?” tanyaku, mencoba mencari celah dalam kekacauan emosinya. Dia mengangguk, matanya yang basah menatapku. “Liana, dia mirip sekali dengan mendiang permaisuriku. Senyumnya, caranya bicara, semuanya. Aku… aku mencintainya.” Kata-kata itu membuat pikiranku berputar. Cinta? Kepada Liana? Sesuatu tentang ini terasa sangat salah. Tapi sebelum aku bisa memikirkan lebih jauh, sesuatu yang dingin dan gelap merayap di ruangan itu. Dari bayangan di belakang sang raja, sesosok makhluk muncul. Sosok itu tinggi, anggun, dengan sayap hitam yang melengkung di punggungnya. Kulitnya pucat, dan matanya bersinar merah seperti bara api. “Apa yang kau lakukan, Yang Mulia?” suara lembut namun penuh racunnya memenuhi ruangan. Raja berbalik dengan wajah ketakutan. “Aku… aku hanya ingin tahu apa yang dia tahu!” Makhluk itu mendekat, menempatkan tangannya di...

Kisah Pangeran Terbuang. Bab 7

Kael hanya tertawa, menjatuhkan beberapa penjaga dengan pukulan kuat dari gagang tombaknya. Keributan ini cukup menarik perhatian sehingga kami berhasil menyelinap masuk ke dalam istana tanpa terlihat. Di dalam istana, kami berpencar seperti yang direncanakan. Lorong-lorong istana gelap dan sunyi, hanya diterangi cahaya obor yang redup. Aku merasa hawa dingin merayap di kulitku, entah karena suasana atau rasa cemas. Aku menyusuri lorong panjang dan memeriksa tiap ruangannya. Tak diduga, aku malah menemukannya. “Putri Liana,” bisikku, "benarkah kau Putri Liana?" Dia menoleh dengan kaget, matanya membelalak. “Siapa kau?!” Saat pandangan kami bertemu, aku langsung sadar kenapa pangeran jatuh cinta. Namun, aku merasakan sesuatu yang lain. “Aku teman pangeran, kami datang untuk menculikmu,” jawabku, “nah, sekarang masuk ke karung ini. Aku akan membawamu keluar .” Putri Liana mengerutkan kening, wajahnya menunjukkan perpaduan antara keterkejutan dan penghinaan. “Apa? Kau ingin aku ...

Kisah Pangeran Terbuang. Bab 6

“Pangeran Eryn,” katanya pelan, tetapi penuh tekanan, “aku membawa pesan terakhir dari Malyster.”   Eryn menghentikan langkahnya, wajahnya menegang. “Apa maksudmu, ‘terakhir’?”   “Malyster telah dieksekusi,” jawab pria itu dengan nada dingin. “Dia tertangkap karena membantu kalian.”   Kata-kata itu seperti palu yang menghantam kami. Aku melihat Eryn mengepalkan tinjunya erat-erat, sementara Valoric dan Lirien saling bertukar pandang, mencoba mencari kekuatan dalam satu sama lain.   “Pesan terakhirnya adalah ini,” lanjut pria itu. “Raja semakin tersesat dalam kejahatannya. Kau hanya punya dua pilihan, Pangeran. Yaitu  menculik Putri Liana, atau membunuh ayahmu sendiri.”   Keheningan menyelimuti kami. Pilihan itu menggantung di udara seperti pedang di atas kepala.   “Ini tidak bisa dipercaya…” gumam Lirien, suaranya hampir tak terdengar.   Eryn terdiam, wajahnya penuh dengan keraguan. Pilihan itu adalah sesuatu yan...

Kisah Pangeran Terbuang. Bab 5

  Eryn memanfaatkan momen itu. Dengan teriakan penuh semangat, ia menyerang dari bawah, pedangnya menyala biru karena energi magis yang ia alirkan. Bilah pedangnya menggores perut Chimera, membuat makhluk itu meraung kesakitan.   Namun Chimera bukanlah makhluk biasa. Dengan kekuatan luar biasa, ia menghancurkan es yang membelenggu kakinya dan melompat mundur. Tubuhnya kini diselimuti api biru yang menyala-nyala.   “Ini tidak akan mudah,” gumamku, lalu menciptakan dinding es sebagai perlindungan saat Chimera menyerang lagi.   Chimera melepaskan nafas api dari mulut singanya, menghantam dinding es yang kubuat. Panasnya luar biasa, menyebabkan es itu meleleh dalam hitungan detik. Di belakang dinding, Valoric berdiri dengan pedangnya terangkat tinggi. “Ark, siapkan seranganmu lagi!” serunya.   Aku mengangguk dan memusatkan sihir di tongkatku, menciptakan tombak es yang berkilauan. Di saat yang sama, Eryn dan Valoric bekerja sama untuk menyerang d...

Kisah Pangeran Terbuang. Bab 4

Lirien memandang Eryn dengan cemas. "Pangeran, apakah kita masih akan melanjutkan pencarian ini? Jika Mera benar-benar Chimera, itu bisa membahayakan semua orang." Eryn menggenggam pedangnya erat, menatap ke arah ukiran Chimera seolah ingin menantangnya. "Aku tidak peduli apa pun itu. Jika ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan Putri Liana dan kerajaan, aku akan melakukannya." Aku menghela napas panjang, menggenggam tongkatku. "Kalau begitu, sebaiknya kita bersiap. Mencari Chimera bukanlah tugas yang mudah. Dan aku yakin, jika Malyster benar, Mera tidak akan sekadar menunggu kita dengan damai." Tanpa disadari, bayangan besar bergerak di balik reruntuhan, seolah mengintai kami. *** Kami masuk semakin jauh ke dalam reruntuhan, aura magis yang kuat menyelimuti tempat ini, membuat tubuh kami bergetar. Eryn melangkah maju dengan hati-hati, tangannya menggenggam erat pedangnya. "Mera pasti ada di sini," gumamnya. "Atau sesuatu yang lebih buruk,...

Kisah Pangeran Terbuang. Bab 3

  Aku terdiam sejenak. Reruntuhan Kuil Hitam bukan tempat yang ramah. Tempat itu penuh dengan jebakan, monster, dan legenda kelam. Pangeran Eryn terlihat ragu. "Reruntuhan Kuil Hitam? Dimana itu?" "Itulah sebabnya tuan Malyster mengutusku," jawabannya, "aku hanya punya peta ini dan aku tidak bisa ikut dengan kalian. Kondisi kerajaan semakin kacau. Kalian harus cepat!" Pangeran Eryn mengambil peta itu. "Baiklah, terimakasih, kami akan bergegas ke Reruntuhan Kuil Hitam. Tapi untuk malam ini, kami harus istirahat, kau boleh pergi," orang itu kemudian langsung pergi. Malam itu, kami bersiap sambil memulihkan diri untuk perjalanan esok. *** Hutan semakin sunyi saat malam menjelang. Udara dingin membungkus kami, seolah ingin menembus setiap lapisan pakaian yang kami kenakan. Pangeran Eryn dan kelompoknya, meskipun kelelahan, tampak tidak ingin berhenti. Aku memandang mereka dengan rasa ingin tahu. Ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi, sesuatu ya...

Kisah Pangeran Terbuang. Bab 2

Aku terdiam sejenak, merenung. Kael, di sisi lain, terlihat lebih bersemangat. "Kucing ajaib, ya? Bagaimana jika kita membantu mereka, Ark? Kurasa misi mereka jauh lebih menantang daripada mencari ramuan ini!" Aku hanya bisa menggelengkan kepala. "Kau benar-benar hidup untuk kekacauan, Kael. Tapi sebelum itu, apakah kalian tau dimana kucing ajaib itu berada?" Mereka semua menunjuk ke arah yang berbeda. Kael tertawa keras. "Hei, Ark! Kurasa mereka memang perlu bantuan kita." Aku hanya bisa tersenyum masam. "Ya kurasa, mungkin. Tapi kami masih harus menemukan ramuan ini. Kalian bisa pergi ke guild petualang setelah keluar hutan. Istirahatlah disana, dan kami akan membantu kalian nanti." Pangeran Eryn membantah. "Kami akan menunggu kalian saja disini. Ah tidak, kami harus membantu kalian mencari ramuan itu. Uhk-uhk." Aku jadi merasa tidak enak. Pangeran bersikeras ingin membalas kami, untung saja kami menemukan ramuan itu tidak terlalu jau...

Kisah Pangeran Terbuang. Bab 1

Oleh: Asep (Syahr) Di sebuah hutan gelap, aku berjalan bersama Kael. Kami sedang menjalankan misi dari Guild Petualang untuk mencari ramuan langka yang tumbuh di tengah belantara ini. Daun-daunan lebat menutupi langit, membuat cahaya matahari hampir tak bisa menembus. Suasana hutan terasa sunyi, hanya suara ranting patah di bawah kaki kami yang terdengar. Kael menghela napas panjang, raut wajahnya penuh kejengkelan. "Misi ini terlalu mudah! Aku ingin lawan yang kuat, bukan mencari tanaman! Lagipula, kenapa kau memilih misi ini?!" Aku tersenyum sinis. "Ayolah, Kael. Hadiahnya lumayan besar, dan kita cuma perlu memetik ramuan untuk obat flu guild. Mudah dan cepat." Kael mendengus. "Kau menyia-nyiakan kemampuanmu sendiri, Ark!" Aku tertawa pelan, sengaja memperkeruh suasana. "Benarkah? Ohh aku baru ingat, orang yang menyia-nyiakan kemampuannya ini berhasil mengalahkan orang yang mengaku-ngaku pernah mengalahkan naga seorang diri. Awowok." Kael marah...

Sana Poligami! Part 3 End

Faried pun mempersiapkan acaranya nanti. Kali ini tempatnya agak jauh dan berbeda. "Tapi kalian jangan berlebihan ya Nak!" Nasihat dari ibu Faried untuk anaknya itu. Faried menyalami tangan ibu dan ayahnya. Lalu pulang ke rumahnya dan Alisha. "Adek wajib datang ya ke acara besok. Kalo nggak, batalin aja acaranya..." "Iya Abang Sayang," balas Alisha lembut.  Waktu berjalan dan acaranya pun selesai dengan baik. Kini Faried memanggil wanita disampingnya dengan panggilan, "Istri Ketiga"  Alhamdulillah selang waktu dua bulan. Faried mendapatkan kabar istrinya itu sedang hamil. Faried menjadi lebih perhatian lagi padanya. Hingga saatnya tiba. Bayi lelaki akhirnya lahir ke dunia ini. Faried menggendong dan mengazankan bayi mungil itu. "Wah Alhamdulillah Nak, akhirnya kalian punya anak juga... mama bahagia sekali." "Iya... Ibu juga bisa gendong bayi kalian, hehe." Ibu mertua dan mamanya Alisha pun masih asyik ngobrol dengan Alisha  ya...

Sana Poligami! Part 2

Ingin rasanya Alisha berteriak, mengeluh keadaannya sekarang. Perasaannya sangat kacau. Tubuhnya lelah bagai sehabis perang. Pikirannya kusut layaknya  baju yang tidak disetrika. Hatinya panas, walau sedang musim hujan. "Abang tau gak sih... perasaan Adek yang sebenarnya? Istri mana yang suka suaminya menikah lagi? Abang harus tau, Adek gak benar-benar nyuruh Abang berpoligami. Hanya saja ibu Adek sekarang lebih sayang dan perhatian sama sepupu Adek, Bang! Belum lagi orang tua Abang, udah jarang kesini. Karena gak ada cucu yang dirindukan." "Adek terpaksa Bang... sangat terpaksa Bang!" Alisha menangis tersedu-sedu. Hujan di luar rumah membuat Alisha semakin mengeluarkan isakan tangisnya.  Umur pernikahan Faried dan Alisha kini satu tahun empat bulan. Mereka sempat beberapa kali konsultasi ke dokter. Meminta do'a dan petuah pada orang Alim dan Sholeh juga mereka lakukan. Tapi tetap saja tidak ada tanda-tanda kehamilan.  Singkat cerita, acara yang Faried siapkan p...

Sana Poligami!

"Bang!" "Hmm..." "Abang!" "Hm, hmm." "Ih... Abang! Aku mau ngomong Bang. Nanti lanjut lagi bacanya!" Alisha mulai kesal. Faried pun meletakkan bukunya. Sambil tersenyum, lelaki itu beberapa kali menaikkan alisnya. Tanda usil sekaligus bertanya kemauan istrinya tersebut.  Alisha pun membahas keinginannya punya anak seperti pembahasan sebelumnya. "Abang sana gih poligami aja! Adek izinin kok," ucapnya seraya menundukkan mukanya. Faried melihat buliran bening keluar dari kelopak mata wanita tercintanya.  Beberapa kali pria ini menolak, tetap saja perempuan itu kekeh menyuruh suaminya berpoligami. Alasannya sih biar dia bisa menggendong anak dari suaminya. Meski tak lahir dari rahimnya. "Iya-iya Sayang..." Faried memeluk erat Alisha yang berbicara tak jelas. Air matanya masih mengalir.  Tentu saja membagi cinta seperti ini bukanlah keinginan terindah setiap perempuan, cewek maupun wanita. Jika saja pernikahan satu tahun ...