Kisah Pangeran Terbuang. Bab 2

Aku terdiam sejenak, merenung. Kael, di sisi lain, terlihat lebih bersemangat. "Kucing ajaib, ya? Bagaimana jika kita membantu mereka, Ark? Kurasa misi mereka jauh lebih menantang daripada mencari ramuan ini!"


Aku hanya bisa menggelengkan kepala. "Kau benar-benar hidup untuk kekacauan, Kael. Tapi sebelum itu, apakah kalian tau dimana kucing ajaib itu berada?"


Mereka semua menunjuk ke arah yang berbeda. Kael tertawa keras. "Hei, Ark! Kurasa mereka memang perlu bantuan kita."


Aku hanya bisa tersenyum masam. "Ya kurasa, mungkin. Tapi kami masih harus menemukan ramuan ini. Kalian bisa pergi ke guild petualang setelah keluar hutan. Istirahatlah disana, dan kami akan membantu kalian nanti."


Pangeran Eryn membantah. "Kami akan menunggu kalian saja disini. Ah tidak, kami harus membantu kalian mencari ramuan itu. Uhk-uhk."


Aku jadi merasa tidak enak. Pangeran bersikeras ingin membalas kami, untung saja kami menemukan ramuan itu tidak terlalu jauh. "Heh, syukurlah." Gumamku.


Dan begitulah, kami berjalan bersama kembali ke guild. Kerajaan, cinta dan pencarian kucing, masalah yang cukup unik, tapi inilah kehidupan. Kami melewati bekas pertarungan tadi. Menumpahkan darah hanya demi wanita orang lain? Sungguh kasihan.


"Kael, Seharusnya kau tidak perlu menggunakan Aethon tadi." Kataku pelan.


Kael menjawab dengan nada tinggi. "Hah?! Apa kau tidak lihat aku terdesak tadi?"


"Terdesak? Aku rasa kau hanya mencari alasan untuk pamer," kataku sambil menyeringai. Kael memutar matanya, tapi aku tahu dia menyukai pujian terselubung itu.


Pangeran Eryn berjalan tertatih-tatih di samping kami, ditopang oleh Sir Valoric. "Jika aku boleh bertanya, kenapa kalian menerima misi mencari ramuan sederhana ini? Kalian terlihat... lebih dari sekadar petualang biasa."


Kael membuka mulut, mungkin untuk membanggakan dirinya, tapi aku memotongnya. "Karena hidup tidak selalu tentang pertarungan, Pangeran. Kadang, kita butuh momen damai untuk mengingatkan diri sendiri bahwa kita masih manusia."


Lirien terkikik kecil. "Damai, ya? Tapi melihat cara kalian bertarung, aku ragu kalian benar-benar menginginkan kedamaian."


Aku menatapnya sekilas. "Kedamaian itu relatif. Tapi bicara soal misi kalian, mencari kucing yang menjadi kunci menyelamatkan kerajaan? Itu bahkan lebih gila dari yang biasa kami lakukan."


Kael menyela. "Hei, jangan remehkan kucing ajaib! Siapa tahu dia bisa memberi kita petunjuk ke harta karun yang lebih besar!"


"Aku tidak butuh harta," sahut Sir Valoric dengan tegas. "Yang kubutuhkan hanyalah memulihkan nama baik Pangeran Eryn."


"Hmm? Begitu ya," jawabku santai. "Tapi untung saja kita bisa menemukan ramuan ini. Kalau tidak, aku yakin akan ada petualang lain yang marah karena kehilangan obat flu mereka."


Setelah perjalanan singkat, kami tiba di guild. Malam telah jatuh, dan lampu-lampu di dalam guild bersinar hangat, kontras dengan dinginnya malam di luar. Saat kami menyerahkan ramuan itu, sang resepsionis tersenyum lega. "Kalian benar-benar tepat waktu! Banyak anggota yang butuh ramuan ini. Terima kasih."


Namun sebelum kami sempat beristirahat, suara gaduh muncul dari sudut guild. Seorang pria dengan mantel panjang dan tongkat sihir berjalan mendekat. Matanya tajam, menatap langsung ke arah Pangeran Eryn.


"Jadi, kalian yang menyelamatkan Pangeran," katanya dengan nada dingin. "Aku bawahannya Malyster. Dan aku datang membawa kabar buruk."


Kael langsung memasang sikap waspada. "Kabar buruk apa lagi? Jangan bilang ada musuh lain yang lebih kuat dari tadi!"


Orang itu tidak menggubris komentar Kael. Ia hanya menatapku dan berkata, "Kucing itu tidak berada di tempat yang kami kira. Ia berada di Reruntuhan Kuil Hitam."


Bersambung...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sana Poligami!

SBDN Bab 11. Kok Bisa Setia?

Suami Bawel dan Nyebelin. Bab 8. Diundang Podcast