Kisah Pangeran Terbuang. Bab 6


“Pangeran Eryn,” katanya pelan, tetapi penuh tekanan, “aku membawa pesan terakhir dari Malyster.”  


Eryn menghentikan langkahnya, wajahnya menegang. “Apa maksudmu, ‘terakhir’?”  


“Malyster telah dieksekusi,” jawab pria itu dengan nada dingin. “Dia tertangkap karena membantu kalian.”  


Kata-kata itu seperti palu yang menghantam kami. Aku melihat Eryn mengepalkan tinjunya erat-erat, sementara Valoric dan Lirien saling bertukar pandang, mencoba mencari kekuatan dalam satu sama lain.  


“Pesan terakhirnya adalah ini,” lanjut pria itu. “Raja semakin tersesat dalam kejahatannya. Kau hanya punya dua pilihan, Pangeran. Yaitu  menculik Putri Liana, atau membunuh ayahmu sendiri.”  


Keheningan menyelimuti kami. Pilihan itu menggantung di udara seperti pedang di atas kepala.  


“Ini tidak bisa dipercaya…” gumam Lirien, suaranya hampir tak terdengar.  


Eryn terdiam, wajahnya penuh dengan keraguan. Pilihan itu adalah sesuatu yang tak pernah ia bayangkan akan dihadapinya.  


“Jika kau memilih menculik Putri Liana,” tambah pria itu, “kau harus melakukannya segera. Sang Raja sudah meningkatkan penjagaan istana.”  


Setelah pria itu pergi, kami duduk bersama untuk membicarakan langkah kami berikutnya. Ketegangan memuncak ketika Eryn akhirnya membuat keputusan.  


“Aku akan menyelamatkan Liana,” katanya dengan suara tegas.  


Lirien langsung berdiri, matanya membelalak. “Pangeran, apakah itu keputusan yang bijak? Raja akan semakin murka!”  


“Dia sudah murka, Lirien!” balas Eryn, suaranya pecah oleh emosi. “Tapi aku tidak bisa membiarkan Liana dalam cengkeraman ayahku lebih lama lagi.”


***


Kami berkumpul di sebuah rumah tua yang ditinggalkan, tidak jauh dari istana Kerajaan Everwood. Cahaya lilin menari di wajah kami saat kami membahas rencana.


“Kael, kau akan menjadi pengalih perhatian,” ujar Eryn sambil menatap peta kasar istana. “Buat keributan di halaman depan dan tarik penjaga sebanyak mungkin ke arahmu.”


Kael menyeringai, mengetukkan tombaknya ke lantai. “Percayakan itu padaku. Aku bisa membuat kekacauan yang akan membuat mereka berpikir ada naga menyerang istana.”


“Ark, Valoric, Lirien dan aku akan mencari Putri Liana,” lanjut Eryn, suaranya tenang tapi tegas. “Kita harus bergerak cepat sebelum penjaga kembali ke posisi mereka.”


Mera, yang selama ini diam di sudut ruangan, akhirnya angkat bicara. “Kematian Malyster tidak masuk akal.” Suaranya rendah tapi penuh kewaspadaan. “Dia itu penyihir kerajaan bukan? Dan dia yang menyuruh kalian untuk mencariku? Kenapa dia bisa terbunuh begitu cepat? Ada sesuatu yang aneh di sini.”


Eryn menatap Mera, wajahnya menunjukkan kebingungan dan rasa bersalah. “Mera, aku tahu kau dekat dengan Malyster. Aku juga tidak percaya dia bisa tertangkap. Tapi kita tidak punya waktu untuk menyelidiki sekarang. Liana adalah prioritasku.”


Mera menggeleng pelan, matanya yang menyerupai mata kucing bersinar dalam kegelapan. “Pangeran, keputusanmu untuk menyelamatkan Liana… kau yakin ini jalan yang benar?”


Eryn terdiam sejenak. “Dia adalah segalanya bagiku.”


Mera tidak menjawab, hanya memandangi Eryn dengan tatapan yang sulit diartikan sebelum kembali duduk di sudutnya.


***


Ketika malam tiba, Kael memulai aksinya. Dengan tombaknya, dia menghantam gerbang istana hingga menciptakan dentuman keras.


“Hei, kalian para penjaga! Apakah ini cara kalian melindungi kerajaan? Bahkan tikus bisa menyelinap tanpa kalian sadari!” teriaknya, membuat para penjaga keluar dari pos mereka.


Kael melompat ke dinding rendah dan menusukkan tombaknya ke lentera, memadamkan cahaya dan menciptakan kebingungan. Penjaga mulai mengejarnya, tapi dia bergerak cepat, menari di antara mereka seperti bayangan.


“Tangkap dia! Jangan biarkan dia lolos!” seru salah satu penjaga.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sana Poligami!

SBDN Bab 11. Kok Bisa Setia?

Suami Bawel dan Nyebelin. Bab 8. Diundang Podcast