Kisah Pangeran Terbuang. Bab 1
Oleh: Asep (Syahr)
Di sebuah hutan gelap, aku berjalan bersama Kael. Kami sedang menjalankan misi dari Guild Petualang untuk mencari ramuan langka yang tumbuh di tengah belantara ini. Daun-daunan lebat menutupi langit, membuat cahaya matahari hampir tak bisa menembus. Suasana hutan terasa sunyi, hanya suara ranting patah di bawah kaki kami yang terdengar.
Kael menghela napas panjang, raut wajahnya penuh kejengkelan. "Misi ini terlalu mudah! Aku ingin lawan yang kuat, bukan mencari tanaman! Lagipula, kenapa kau memilih misi ini?!"
Aku tersenyum sinis. "Ayolah, Kael. Hadiahnya lumayan besar, dan kita cuma perlu memetik ramuan untuk obat flu guild. Mudah dan cepat."
Kael mendengus. "Kau menyia-nyiakan kemampuanmu sendiri, Ark!"
Aku tertawa pelan, sengaja memperkeruh suasana. "Benarkah? Ohh aku baru ingat, orang yang menyia-nyiakan kemampuannya ini berhasil mengalahkan orang yang mengaku-ngaku pernah mengalahkan naga seorang diri. Awowok."
Kael marah. "Itu tidak adil! Kau pasti curang! Aku ingin tanding ulang!!"
Aku mengejek. "Tanding ulang katamu? Lagi? Sudah yang keberapa kali ini?"
Kael membuka mulut untuk membalas, tapi tiba-tiba terdengar suara lembut memanggil dari kejauhan. "Pangeran...!"
Kami berhenti, saling pandang, lalu menoleh ke arah suara itu. Seorang pria muda dengan baju zirah kerajaan berlari ke arah kami. Wajahnya penuh kecemasan, darah mengalir dari luka di lengannya. Di belakangnya, seorang wanita cantik dengan busur dan panah di punggung, serta seorang pria berzirah dengan pedang dan perisai, berusaha mengimbangi langkahnya.
"Pangeran Eryn!" seru wanita itu dengan cemas, menarik perhatian kami.
Sebelum kami sempat bertanya, suara derap kuda dan teriakan menggelegar memenuhi udara. Dari kegelapan hutan, muncul sekelompok prajurit kerajaan. Mata mereka tajam, pedang terhunus. Salah satu perwira berkuda berteriak, "Itu dia, sang Pangeran! Tangkap dia!"
Kael, tanpa berpikir panjang, menyeringai lebar. "Haha! Akhirnya, ini baru menarik! Bersiaplah!" Tombaknya berputar di tangannya, siap bertarung.
Aku, di sisi lain, hanya mendesah lelah. "Kael, kau bahkan tidak tahu apa yang sedang terjadi."
Sebuah panah melesat cepat ke arah kami. Kael melompat dengan gesit, menghancurkannya dengan tombaknya. "Hah? Cuma segini? Aku mengharapkan lebih!" teriaknya dengan nada penuh tantangan.
Pertempuran pun pecah. Kael dan pria berzirah bertarung berdampingan, melawan para prajurit yang jumlahnya terus bertambah. Meski baru bertemu, gerakan mereka sinkron, seolah sudah bertarung bersama selama bertahun-tahun.
Aku menarik Pangeran Eryn ke tempat aman, menjauh dari medan pertempuran. "Kau terluka parah. Tetaplah di sini," kataku sembari memantau situasi dan menyiapkan sihir jika diperlukan. Wanita dengan busur itu bergabung dalam pertempuran, memanah dengan presisi, melindungi kedua rekan prianya.
"Terbakarlah, Aethon!" Kael berteriak. Tombaknya menyala dengan api yang mengamuk, membakar lawan-lawannya. Pertunjukan itu cukup mengintimidasi, bahkan aku sedikit kagum.
Setelah pertempuran yang sengit, para prajurit mulai mundur. Kael berdiri di tengah, tombaknya masih bergetar. Dua orang lainnya, si wanita pemanah dan pria berzirah, berdiri di sampingnya, napas mereka terengah-engah.
Ketika keadaan mulai tenang, Pangeran Eryn mendekat dengan susah payah, wajahnya penuh rasa terima kasih. "Terima kasih atas bantuan kalian. Aku, Eryn Everwood, berutang nyawa pada kalian."
Wanita pemanah itu membungkuk hormat. "Namaku Lirien. Aku juga mengucapkan terima kasih."
Pria berzirah, yang memperkenalkan diri sebagai Sir Valoric, menatap Kael dengan senyum tipis. "Kemampuan tombakmu cukup hebat, pria tinggi."
Kael tersenyum sombong. "Heh! Tentu saja. Jadi adakah orang yang bisa menjelaskan semua ini?"
Eryn menunduk sejenak, ragu, sebelum akhirnya berkata, "Ayahku, Raja Everwood... menganggapku sebagai pengkhianat karena aku mencintai Putri Liana. Dan karena aku menentang kehendaknya."
Kael tertawa keras. "Jadi semua ini hanya karena cinta? Benar-benar kisah drama kerajaan."
Namun, sebelum kami bisa melanjutkan percakapan, Eryn menambahkan dengan suara rendah. "Tapi ini lebih dari itu. Ayahku telah berubah. Penyihir istana, Malyster, mengatakan bahwa kucing ajaib bernama Mera mungkin menjadi kunci untuk menyelamatkan kerajaan."
Komentar
Posting Komentar