Kisah Pangeran Terbuang. Bab 9

 

Pangeran Eryn yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara. "Aku tidak akan menyerah. Aku tidak peduli apa pun yang terjadi pada Ark. Aku tidak peduli apa yang harus kulakukan. Yang kuinginkan hanyalah Liana." 


Kata-kata itu menghentak seluruh kelompok. Kael menatap Eryn dengan rasa tidak percaya. "Apa katamu? Kau akan membiarkan Ark mati demi Liana?"  


"Aku tidak pernah memintamu untuk mengerti, Kael," jawab Eryn dengan suara dingin. "Kita baru saja bertemu, dan kalian adalah petualang. Harusnya kalian sudah siap dengan kemungkinan seperti ini!"  


Sebelum Kael sempat membalas, Mera yang sedari tadi hanya diam tiba-tiba mendengus tajam. "Kalian semua bodoh," katanya, suaranya rendah tapi penuh dengan amarah yang terpendam. "Kalian tidak melihat apa yang ada di depan mata kalian. Liana bukan manusia biasa."  


Semua mata tertuju pada Mera.


"Hah?" tanya Kael dengan nada curiga.  


Mera menatap Liana dengan tajam, pupilnya yang seperti kucing bersinar dalam gelap. "Aku mencium sesuatu darinya. Sebuah kebusukan. Malyster mati karena dia. Ark ditahan karena dia. Semua ini berawal darinya."  


Liana menatap balik Mera. "Apa maksudmu?" Dia kebingungan, suaranya bergetar.  


Eryn langsung melangkah maju, berdiri di antara Mera dan Liana. "Kenapa kau langsung menuduh Putri Liana begitu, Mera?!" Teriaknya.


Kael menyipitkan matanya ke arah Mera. "Jadi, kau ingin mengatakan bahwa kita harus membunuhnya sekarang? Itu rencanamu?"


"Jika kau punya akal sehat, ya," jawab Mera tanpa ragu. "Dia adalah sumber dari semua kekacauan ini."


Kael langsung meluncurkan serangan tombaknya ke arah Liana namun dihalang oleh perisai Valoric. "Kael! ini bukan waktunya untuk bertarung satu sama lain!" ujar Valoric tegas, berdiri di depan Eryn dan Liana seperti tameng hidup. "Ark sedang ditahan. Kita harus fokus menyelamatkannya, bukan menghancurkan kelompok ini."  


Kael mendengus, matanya menyipit. "Dan apakah kau tidak dengar apa yang dikatakan pangeran tadi, hah?" Ejek Kael disusul dengan serangan tombak selanjutnya, "sekarang apa, ksatria mulia? Kemampuan tombakku meningkat?"


"Dia bahkan tidak peduli pada kami, Valoric," ujar Kael dingin. "Atau, bagaimana jika kita korbankan Lirien juga? Bagaimana, hah?" Wajah Valoric mengeras, tak bisa membalas Kael. Dia hanya bertahan. 


"Teman-teman, tolong berhenti!" Teriak Lirien mencoba untuk menghentikan pertarungan ini. Kael mundur beberapa langkah.

 

Kael tiba-tiba tertawa keras. "Kalian benar-benar lucu! Semua ini omong kosong!" Dia mengayunkan tombaknya ke tanah, menciptakan retakan kecil. "Jika Liana memang seperti yang kau bilang, Mera, maka biarkan aku membuktikannya dengan caraku! Aethon..."


Aura pekat mulai mengelilingi tombak Kael. Mera berubah kembali ke wujud Chimera aslinya. Raungan Mera mulai menggema, taringnya terlihat jelas. "KALIAN MANUSIA-MANUSIA BODOH, SEHARUSNYA KUBUNUH SAJA KALIAN SEMUA WAKTU ITU."


"Berhenti! Kita tidak bisa bertarung sesama kita!" seru Lirien.


Namun, segalanya sudah terlambat. Cakaran mematikan Chimera dan tombak Kael langsung mengarah pada Liana. Grup Pangeran Eryn berdiri di antara mereka, berusaha untuk melindungi Liana.


Pangeran Eryn melindungi Liana dengan gagah, sementara Lirien melindungi Pangeran Eryn dari serangan. Valoric berdiri di depan Lirien. Benturan kedua serangan sangat keras, meretakkan tanah mereka berpijak. Tapi sayangnya dua manusia biasa ini tidak bisa bertahan. Lirien terpental jauh dan langsung terdiam lemas dan darah segar mengalir diujung tombak Kael, melubangi perisai dan baju paladin Valoric. 


Pertarungan pecah begitu saja. Eryn, Valoric, dan Lirien hanya bisa mundur sementara Kael dan Mera bertarung dengan intensitas yang mematikan.


Mata Eryn tiba-tiba kosong, melihat kedua temannya tewas dihadapannya sendiri, mulutnya tak bisa bersuara. Amarah, sedih, bingung tercampur aduk membakar Eryn. Dia berdiri, menggenggam pedangnya dengan erat, dan aura panas membara mulai menyelimuti tubuhnya.


"KAU MENGHALANGIKU, MANUSIA!" Gertak Chimera dengan nada yang penuh intimidasi.


"Justru kau yang mengganggu, dasar binatang!" Balas Kael tidak mau kalah.


Di tengah kekacauan itu, Liana tiba-tiba melangkah maju, mendekati Eryn yang terlihat kebingungan dan penuh amarah. Liana tersenyum dingin. "Akhirnya.. Oh.. Cintaku Eryn.." Dia menggeliat kegirangan seolah jadi orang yang berbeda. Dan dengan gerakan tangan yang halus, dia mengarahkan energi gelap ke arah Eryn.


"Eryn..." bisiknya lembut, suaranya seperti melodi yang memikat. "Lihatlah dirimu. Kau begitu kuat. Kau bisa melindungiku dari semua ini. Kau adalah segalanya bagiku."  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sana Poligami!

SBDN Bab 11. Kok Bisa Setia?

Suami Bawel dan Nyebelin. Bab 8. Diundang Podcast