Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2025

SBDN Bab 13. Oooh... Pantesan!

"Sayang, Abang mau cerita lagi nih. Cerita tentang kehidupan remaja, anak sekolahan gitu. Judulnya, 'Oooh... Pantesan!' karya Me Ffulan lagi. Cuma ini cerita lama, hanya cerpen, bukan novel. Ceritanya gini Sayang... Ada siswa kelas 12 bernama Lana Diksafa, yang biasa dipanggil Lana. Yang juga dikenal harimau cerdas." "Panggilan itu bukan sekadar julukan. Ia pernah menghantam anak kepala sekolah yang sok jagoan. Saat itu Badru yang merupakan anak kepala sekolah sedang memalak adik kelasnya. Tapi ditolak oleh siswa itu. Lalu Badru memukul hingga babak belur. Tanpa diduga, Lana langsung membalaskan pukulan demi pukulan pada Badru. Badan Lana yang lebih besar, membuat anak buah Badru kabur dan melaporkan hal itu." "Namun, Lana ada persiapan untuk melindungi dirinya. Ia jauh-jauh hari telah menyiapkan beberapa video tentang pemalakan dan nakalnya anak kepala sekolah itu. Padahal guru-guru yang lain juga tau, tapi tak berani lantaran itu anak atasan mereka....

SBDN Bab 12. Maafin Abang

"Kak, sebenarnya Yadi sengaja minta jemput Kakak... Yadi mau bicara sesuatu Kak!" ungkap Yadi setelah Hafni sampai di tempatnya berteduh.  "Oh gitu ya. Yodah, kita gak ngomong disini kan? Gimana di warung makan, makan bakso kita. Oh iya, kamu kan suka mie ayam ya... udah lama juga Kakak gak ngajak kamu makan bareng," balas Hafni dengan senang hati.  Mereka pun menuju warung makan yang menjual bakso dan mie ayam. Mereka tidak singgah di kantor polisi, kan tak ada salah. Tak ada perlu juga.  Sedangkan Napisa menunggu suaminya dengan cemas. 30 menit telah berlalu, Hafni tak datang juga. Padahal jarak rumah mereka ke lapangan tak begitu jauh. "Kamu kemana sih Bang?" batin Napisa tak enak hati.  *** "Huh, ini kayaknya istri kakak gak main hape. Dua hape gak ada balasan ya? Yodah, kita balik dulu ya... entar urusan sama mama biar Kakak yang atur ya," "kalo kita lama-lama bisa merajuk istri kakak, kayak kamu dulu. Hahah," tambah Hafni lagi.  T...

SBDN Bab 11. Kok Bisa Setia?

 Bab 11. Kok bisa setia?  Suatu hari setelah makan siang, Hafni mengajak ngobrol istrinya di sofa. Napisa tak lagi suka melamunkan kehamilan serta mimpi buruk, seperti hari-hari sebelumnya.  "Sayang sini dong, Abang mau cerita... Tenang Sayang, Abang gak ke kantor lagi kok, jadi bisa lama-lama sama istriku tercinta. Itu loh, karyawan Abang ada urusan tentang pernikahannya. Iya si Uden mau nikah, udah melamar katanya. Abang suruh aja tuh buat persiapan-persiapannya, eh kok ceritain si Uden sih. Kan Abang mau cerita yang lain ini... kamu sih cantik banget, Abang jadi gak fokus ceritanya. Hahah," canda Hafni yang membuat Napisa tak bergeming.  Hafni pun kembali bawel. Kebetulan hujan deras tiba-tiba turun. Membuat Hafni minta dipeluk sambil bercerita. Napisa pun menuruti keinginan suaminya. Bahkan biasanya juga sering begini. Udah kebiasaan mereka, sering berpelukan. Kadang Hafni yang meminta, kadang Napisa dengan manjanya yang mau dipeluk.  "Nah jadi Abang mau cer...

SBDN Bab 10. Hamil

 Bab 10. Hamil "Bang, aku hamil..." ucap Napisa memecah keheningan. Walau Hafni bawel, ia juga bisa diam dan tenang. Karena banyak bicara itu membutuhkan energi.  Hafni seketika kaget, membuka mulutnya lebar-lebar. "Hah? Beneran Sayang? Kok baru sekarang sih kasih tau Abang. Kan Abang belum bikin persiapannya, kayak beli tempat tidur bayi, pakaiannya, mainannya, dan perlengkapan lainnya Sayang. Oh ya, berarti kamu ngidam nih, ngidam beneran, gak becanda kan? Mau apa Sayang, mau mangga muda, durian, anggur, pepaya, salak, atau tomat? Atau mau ikan-ikanan, kek ikan nila, lele, piranha, salmon, hiu dan kuda nil. Eh kuda nil bukan ikan ya, hehe. Jadi mau apa Sayang, kok diam aja?" Napisa sedikit cemberut. "Ya gimana mau ngomong Bang, Abang aja bawel mulu dari tadi. Tapi sekarang aku gak pengen apa-apa. Cuma mau dipeluk aja, sama kamu Abang sayang," manja Napisa malu-malu. Hafni pun tertawa puas, lalu memeluk istrinya dengan bahagia. Tak lupa ia melanjutkan baw...

SBDN bab 9. Perokok yang Baik

Satu bulan berlalu, kini Hafni semakin populer. Walau begitu, ia tak mau sering masuk podcast atau semacamnya. Karena baginya omongannya cuma itu-itu saja, tak jauh beda. Jadi para fansnya bisa saja mendengar atau melihatnya di video-video sebelumnya.  Hari ini, Hafni mau menjenguk temannya yang sakit. Hape-nya ia tinggal, karena Napisa masih cemburu banyak orang tak dikenal yang dm/chat suaminya itu. "Saya pergi dulu ya... " pamit Hafni pada dua anak buahnya. "Ya hati-hati bos," jawab serentak Uden dan Ewan.  Hafni menyempatkan untuk pulang dan ganti baju. Kebetulan di rumahnya ada tiga teman Napisa. Mereka saling bicara sepuasnya. Tak ketinggalan Viah si paling banyak tanya. "Kok kamu udah pulang Bang, jam segini?" "Mau kemana Bang?" tanya Napisa lagi. "Mau jenguk temen Sayang. Tenang istriku... temen Abang itu cowok kok. Gak jauh dari sini juga. Gimana masih cemburu sama hape? Hahah, iya-iya Abang gak bawa hape lagi kok. Udah ya Sayang, n...

Suami Bawel dan Nyebelin. Bab 8. Diundang Podcast

Padahal mereka bisa saja melanjutkan pertandingan tadi sambil hujan-hujanan. Namun, hujan kali ini sangat deras sehingga sulit membidikkan kelereng. Tak diduga, Napisa sudah bangun. Dia menunggu suaminya masuk ke dalam. "Seru Bang mainnya?  Istrinya aja sampe dikerjain..." Hafni pun kabur bergegas mandi agar tak sakit sebab hujan. Sebenarnya bukan hujan yang bikin sakit. Namun karena kehujanan itulah yang membuat tubuh mudah terkena penyakit, seperti flu atau pilek. Napisa tak bisa memarahi suaminya itu, karena kesal. Lagian Napisa itu bukan tipe pemarah.  Hari-hari berlalu seperti biasa. Tetapi video lomba kelereng terus viral sampai sekarang. "Tolong hubungi yang lagi viral, sapa tuh yang ngadain lomba kelereng itu?" "Hafni, Pak..." sahut anak buahnya Pak Teguh Santosa. Dengan segera orang itu melaksanakan tugasnya. Pak Teguh juga meminta ditanyakan kapan Hafni bisa kesini buat ngobrol-ngobrol ringan, lebih tepatnya tentang kelereng nantinya. Pak Teguh j...

Suami Bawel dan Nyebelin. Bab 7. Lomba Dimulai

  "Bang... boleh gak, aku gak ikut keluar?" ucap Napisa tiba-tiba yang membuat Hafni kaget. "Loh kenapa Sayang, kan kamu tinggal duduk doang. Liatin orang lomba, gak ngapa-ngapain. Cuma nontonin aja loh... Nah kalo Abang ikut main nantinya. Beuh... pasti seru," kata Hafni mencoba meyakinkan.  Napisa menggeleng pelan. Wajahnya menunduk, suaranya lebih rendah, tak begitu nyaring. "Aku kurang enak badan Bang." "Oh gitu ya. Kalo gitu kamu istirahat aja ya. Atau minta temen kamu yang nememin kamu disini. Biar Abang tetap bisa main." "Mmm, tapi Bang... aku pengen sama Abang aja," tutur Napisa sedikit manja. Hafni tersenyum, lalu ia menuruti keinginan istrinya.  Karena Hafni dan Napisa tak menyaksikan lomba, jadi untuk ketua sekaligus penanggung jawab perlombaan yakni Yadi dan Ayya. Orang-orang sudah banyak berkumpul. Ada pedagang yang sambil mengais rezeki. Ada penonton bebas pajak. Dan tentu saja ada peserta lomba.  "Lima menit lagi mul...