Postingan

SBDN Bab 16. Pentol

  Kali ini Napisa tidak menangis. Dia hanya kesal suaminya itu membahas poligami. Akan tetapi, Napisa yakin jika Hafni cuma iseng dan tak berniat ingin berpoligami. Walau begitu, Napisa tetap sebal dengan sikap nyebelinnya suaminya itu.  Di sofa, Hafni bermain game di ponselnya. Ia dan Meff telah selesai membahas tentang yang tidak disukai kaum hawa. "Bang..." ucap Napisa menghampiri Hafni. Lelaki itu melepas ponselnya dan membuka kedua tangannya, agar istrinya memeluknya.  "Iya, iya Sayang. Udahan ngambeknya ya Sayang? Masih kesal sama Abang? Kangen ya sama Abang, hehe. Abang juga kangen loh sama istriku tercinta. Iya-iya peluk aja Abang erat-erat. Abang bolehin kok. Yang penting, asalkan kamu bahagia... Owohooo wooo, asalkan kau bahaaagiaaa..."  Ucapan Hafni diteruskan dengan nyanyian seperti itu, membuat Napisa sedikit tenang, damai, dan mulai tak kesal lagi. Namun, perempuan itu bertanya untuk memastikan jika suaminya tadi cuma iseng saja. Tidak ada keinginan be...

SBDN Bab 15. Bahas Poligami Yuk!

Baru mendengar satu kata saja, Napisa langsung ngambek dan meninggalkan Hafni, menuju kamar lalu menguncinya. Apalagi kalo bukan tentang poligami, sungguh merupakan hal yang paling dijauhi para wanita.  [Eh Meff, bahas poligami yuk! Biar ada bahan buat tulisan lu. Soalnya, gua ngajak istri bahas ini, dia malah merajuk...] [Huh, dasar lu. Cewek mana coba yang demen pembahasan itu. Emang ya, sifat nyebelin lu gak berubah-ubah] [Kayak lu nggak nyebelin aja Meff... Lagian, kita kan satu frekuensi. Meski lu masih jomblo, tapi lu paham kan dikit-dikit tentang ini?] Akhirnya Hafni dan Meff, atau Me Ffulan pun membahas tentang poligami. Keduanya membahas ini, bukan untuk bisa berpoligami. Melainkan membahas hal-hal yang berkenaan tentang kenapa ada lelaki yang poligami dan sebagainya.  Dimulai dari Hafni yang bertanya, kenapa ada lelaki yang berpoligami?  Lalu Meff mencoba menjawab dengan ilmu pengetahuan yang ia miliki seadanya. Karena Meff sendiri masih dikit ilmunya, jadi jika...

SBDN Bab 14. Peniru Kecil

  Malam ini Hafni dan Napisa rebahan lagi, di padang rumput menikmati bintang menyala di atas sana. "Lihat ini Sayang... Me Ffulan baru posting tulisannya. Ia ikutan event nulis. Tapi menurut Abang, si Meff ini keknya sedang merendah tuk meninggi gitu. Pake judul, 'Penulis Sederhana' segala. Mana bilang belum nikah lagi... Huh, dasar jomblo, hahah. Untung Abang udah nikah ya sama kamu, kalo nggak... bisa jomblo juga."  "Gak boleh gitu Bang... masa ledekin penulis idola sendiri sih," ucap Napisa yang membuat Hafni cuma nyengir doang. Mereka pun beranjak dari situ. Gerimis mulai datang, suhu pun kian mendingin. Para pemotor menambah kelajuannya agar cepat sampai, hingga tak sempat menemui hujan. *** "Bang... udah lama ya kita nggak ke taman." "Nah betul tuh Sayang, udah lama ya kita nggak ke taman. Gimana kita esok ke taman. Kan kita udah lama tuh gak ke sana, jadi ke sana aja kita ya. Nanti di sana kita ngapain aja, terserah kamu. Asalkan kamu ...

SBDN Bab 13. Oooh... Pantesan!

"Sayang, Abang mau cerita lagi nih. Cerita tentang kehidupan remaja, anak sekolahan gitu. Judulnya, 'Oooh... Pantesan!' karya Me Ffulan lagi. Cuma ini cerita lama, hanya cerpen, bukan novel. Ceritanya gini Sayang... Ada siswa kelas 12 bernama Lana Diksafa, yang biasa dipanggil Lana. Yang juga dikenal harimau cerdas." "Panggilan itu bukan sekadar julukan. Ia pernah menghantam anak kepala sekolah yang sok jagoan. Saat itu Badru yang merupakan anak kepala sekolah sedang memalak adik kelasnya. Tapi ditolak oleh siswa itu. Lalu Badru memukul hingga babak belur. Tanpa diduga, Lana langsung membalaskan pukulan demi pukulan pada Badru. Badan Lana yang lebih besar, membuat anak buah Badru kabur dan melaporkan hal itu." "Namun, Lana ada persiapan untuk melindungi dirinya. Ia jauh-jauh hari telah menyiapkan beberapa video tentang pemalakan dan nakalnya anak kepala sekolah itu. Padahal guru-guru yang lain juga tau, tapi tak berani lantaran itu anak atasan mereka....

SBDN Bab 12. Maafin Abang

"Kak, sebenarnya Yadi sengaja minta jemput Kakak... Yadi mau bicara sesuatu Kak!" ungkap Yadi setelah Hafni sampai di tempatnya berteduh.  "Oh gitu ya. Yodah, kita gak ngomong disini kan? Gimana di warung makan, makan bakso kita. Oh iya, kamu kan suka mie ayam ya... udah lama juga Kakak gak ngajak kamu makan bareng," balas Hafni dengan senang hati.  Mereka pun menuju warung makan yang menjual bakso dan mie ayam. Mereka tidak singgah di kantor polisi, kan tak ada salah. Tak ada perlu juga.  Sedangkan Napisa menunggu suaminya dengan cemas. 30 menit telah berlalu, Hafni tak datang juga. Padahal jarak rumah mereka ke lapangan tak begitu jauh. "Kamu kemana sih Bang?" batin Napisa tak enak hati.  *** "Huh, ini kayaknya istri kakak gak main hape. Dua hape gak ada balasan ya? Yodah, kita balik dulu ya... entar urusan sama mama biar Kakak yang atur ya," "kalo kita lama-lama bisa merajuk istri kakak, kayak kamu dulu. Hahah," tambah Hafni lagi.  T...

SBDN Bab 11. Kok Bisa Setia?

 Bab 11. Kok bisa setia?  Suatu hari setelah makan siang, Hafni mengajak ngobrol istrinya di sofa. Napisa tak lagi suka melamunkan kehamilan serta mimpi buruk, seperti hari-hari sebelumnya.  "Sayang sini dong, Abang mau cerita... Tenang Sayang, Abang gak ke kantor lagi kok, jadi bisa lama-lama sama istriku tercinta. Itu loh, karyawan Abang ada urusan tentang pernikahannya. Iya si Uden mau nikah, udah melamar katanya. Abang suruh aja tuh buat persiapan-persiapannya, eh kok ceritain si Uden sih. Kan Abang mau cerita yang lain ini... kamu sih cantik banget, Abang jadi gak fokus ceritanya. Hahah," canda Hafni yang membuat Napisa tak bergeming.  Hafni pun kembali bawel. Kebetulan hujan deras tiba-tiba turun. Membuat Hafni minta dipeluk sambil bercerita. Napisa pun menuruti keinginan suaminya. Bahkan biasanya juga sering begini. Udah kebiasaan mereka, sering berpelukan. Kadang Hafni yang meminta, kadang Napisa dengan manjanya yang mau dipeluk.  "Nah jadi Abang mau cer...

SBDN Bab 10. Hamil

 Bab 10. Hamil "Bang, aku hamil..." ucap Napisa memecah keheningan. Walau Hafni bawel, ia juga bisa diam dan tenang. Karena banyak bicara itu membutuhkan energi.  Hafni seketika kaget, membuka mulutnya lebar-lebar. "Hah? Beneran Sayang? Kok baru sekarang sih kasih tau Abang. Kan Abang belum bikin persiapannya, kayak beli tempat tidur bayi, pakaiannya, mainannya, dan perlengkapan lainnya Sayang. Oh ya, berarti kamu ngidam nih, ngidam beneran, gak becanda kan? Mau apa Sayang, mau mangga muda, durian, anggur, pepaya, salak, atau tomat? Atau mau ikan-ikanan, kek ikan nila, lele, piranha, salmon, hiu dan kuda nil. Eh kuda nil bukan ikan ya, hehe. Jadi mau apa Sayang, kok diam aja?" Napisa sedikit cemberut. "Ya gimana mau ngomong Bang, Abang aja bawel mulu dari tadi. Tapi sekarang aku gak pengen apa-apa. Cuma mau dipeluk aja, sama kamu Abang sayang," manja Napisa malu-malu. Hafni pun tertawa puas, lalu memeluk istrinya dengan bahagia. Tak lupa ia melanjutkan baw...